“Sampaikan
kepada mereka bahwa negeri kami aman, nyaman dan ramah. Jika anda berkunjung ke
tempat kami dan merasa senang mohon sudi kiranya untuk diceritakan kepada sanak
saudara, kerabat dan family lainnya, dan jikalau ada beberapa hal yang tidak
mengena di hati mohon ceritakan kepada kami agar dapat diperbaiki dimana yang
bocor, dinding yang retak, sudut yang tidak sedap serta rasa yang berlebihan.”
Menjamu
tamu adalah kegiatan yang mulia,
layaknya jika kita berkunjung ke tempat saudara ataupun kerabat diseberang,
pasti inginnya kita dilayani dan diperhatikan, nah.. seperti itulah seharusnya
kita bertindak sebagai tuan rumah, mewujudkan apa yang ada di benak para tamu. Menjamunya
seperti keinginan kita dijamu, memerhatikannya seperti kita ingin diperhatikan,
karena ini adalah tradisi orang timur dan sunnah Nabi yang kita cintai.
Setelah
beberapa kali bertamu ke negeri seberang, merepotkan kerabat yang dikenal serta
numpang di beberapa tempat menyenangkan, Alhamdulillah kali ini ada kerabat
yang datang untuk bersilaturrahmi ke kampung halaman saya, tempat yang indah
nan permai, negeri yang tak tergantikan, daerah asal dari banyak pejuang, hehe…
(hiperbolanya berlebihan ya..) dan dengan sigap saya menyiapkan penyambutan,
karpet merah dibentangkan, makanan sedap tersaji, permaisuri tersenyum
berseri-seri, penari-penari sibuk merapikan kain songketnya, sang musisi
siap-siap mengambil nada, komandan upacara berdiri pada tempatnya dan saya
kelabakan mencari kata-kata untuk dirangkaikan.
Setelah
memarkirkan tubuhnya di bandara Sultan Iskandar Muda, pesawat yang diberi nama
Lion itu memuntahkan isi perutnya yang diantaranya ada kerabat saya. Langsung setelah
menyambutan meriah selesai, kami mengantarkan para tamu menuju istana tempat
penginapan yang juga berdekatan dengan rumah Sang Pencipta yang rakyat Aceh
beri nama Mesjid Baiturrahman. Setelah menyelesaikan ibadah di mesjid
kebanggaan rakyat aceh tersebut, kami berkeliling sekitaran banda aceh yang
berujung di ujung pulau Sumatra yaitu pantai ule lhuee.. menyantap jagung bakar
nan manis pedas menanti matahari tenggelam dalam gelapnya malam.
Kedua
kerabat ku ini mengunjungi aceh bukan tanpa sebab, usut punya usut rupanya
mereka disuruh sama menteri pariwisata untuk mengecek dana yang turun dari
pusat kepada beberapa daerah termasuk aceh. nah.. dana itu seharusnya
dipergunakan untuk pemugaran beberapa situs pariwisata di banda aceh, aceh
besar dan aceh tengah. Jadi mereka harus ngecek ke museum aceh, benteng
indrapurwa, museum gayo dan danau laut tawar.
Oleh
karena itu saya mengundang sohib sepakat sepenanggungan, tuanku ihsan dan
syahril, karena memang skill saya dalam mengemudi belum mendapat lisensi dari
yang berwajib dan pun sohib saya ini sangat lihai dalam menghangatkan suasana,
apalagi ihsan yang katanya aseli barang banda aceh, dia sangat paham tentang
sejarah dan cerita-cerita menarik tentang kota pejuang ini, ya… walau ga
paham-paham kali minimal lebih paham dari saya
lah, hehe.. (semoga ihsan tidak membacanya).