Monday, 27 February 2012

Menjamu tamu


“Sampaikan kepada mereka bahwa negeri kami aman, nyaman dan ramah. Jika anda berkunjung ke tempat kami dan merasa senang mohon sudi kiranya untuk diceritakan kepada sanak saudara, kerabat dan family lainnya, dan jikalau ada beberapa hal yang tidak mengena di hati mohon ceritakan kepada kami agar dapat diperbaiki dimana yang bocor, dinding yang retak, sudut yang tidak sedap serta rasa yang berlebihan.”
Menjamu tamu  adalah kegiatan yang mulia, layaknya jika kita berkunjung ke tempat saudara ataupun kerabat diseberang, pasti inginnya kita dilayani dan diperhatikan, nah.. seperti itulah seharusnya kita bertindak sebagai tuan rumah, mewujudkan apa yang ada di benak para tamu. Menjamunya seperti keinginan kita dijamu, memerhatikannya seperti kita ingin diperhatikan, karena ini adalah tradisi orang timur dan sunnah Nabi yang kita cintai.
Setelah beberapa kali bertamu ke negeri seberang, merepotkan kerabat yang dikenal serta numpang di beberapa tempat menyenangkan, Alhamdulillah kali ini ada kerabat yang datang untuk bersilaturrahmi ke kampung halaman saya, tempat yang indah nan permai, negeri yang tak tergantikan, daerah asal dari banyak pejuang, hehe… (hiperbolanya berlebihan ya..) dan dengan sigap saya menyiapkan penyambutan, karpet merah dibentangkan, makanan sedap tersaji, permaisuri tersenyum berseri-seri, penari-penari sibuk merapikan kain songketnya, sang musisi siap-siap mengambil nada, komandan upacara berdiri pada tempatnya dan saya kelabakan mencari kata-kata untuk dirangkaikan.
Setelah memarkirkan tubuhnya di bandara Sultan Iskandar Muda, pesawat yang diberi nama Lion itu memuntahkan isi perutnya yang diantaranya ada kerabat saya. Langsung setelah menyambutan meriah selesai, kami mengantarkan para tamu menuju istana tempat penginapan yang juga berdekatan dengan rumah Sang Pencipta yang rakyat Aceh beri nama Mesjid Baiturrahman. Setelah menyelesaikan ibadah di mesjid kebanggaan rakyat aceh tersebut, kami berkeliling sekitaran banda aceh yang berujung di ujung pulau Sumatra yaitu pantai ule lhuee.. menyantap jagung bakar nan manis pedas menanti matahari tenggelam dalam gelapnya malam.
Kedua kerabat ku ini mengunjungi aceh bukan tanpa sebab, usut punya usut rupanya mereka disuruh sama menteri pariwisata untuk mengecek dana yang turun dari pusat kepada beberapa daerah termasuk aceh. nah.. dana itu seharusnya dipergunakan untuk pemugaran beberapa situs pariwisata di banda aceh, aceh besar dan aceh tengah. Jadi mereka harus ngecek ke museum aceh, benteng indrapurwa, museum gayo dan danau laut tawar.
Oleh karena itu saya mengundang sohib sepakat sepenanggungan, tuanku ihsan dan syahril, karena memang skill saya dalam mengemudi belum mendapat lisensi dari yang berwajib dan pun sohib saya ini sangat lihai dalam menghangatkan suasana, apalagi ihsan yang katanya aseli barang banda aceh, dia sangat paham tentang sejarah dan cerita-cerita menarik tentang kota pejuang ini, ya… walau ga paham-paham kali minimal lebih paham dari saya  lah, hehe.. (semoga ihsan tidak membacanya).

Wednesday, 1 February 2012

Ini liburan


Minggu-minggu belakangan cukup menguras dan menggilas waktu-waktu produktif dengan kegiatan bertaburan dengan manfaat serta pencapaian. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar dan juga kejut demi kejutan bermunculan. Intensi adrenalin pun naik turun, tenaga yang terkikis oleh derasnya aktivitas serta iman yang tentu fluktuatif. Seperti layaknya anda melihat saya bak manusia seperi anda juga yang kadang merasakan emosi sedih dan juga riang, yang kapasitas keimanannya naik turun bak air dilautan, yang seperti di sabdakan oleh idola kita  bersama, Rasulullah nan agung.
Saya sebut ini liburan karena memang semua kegiatannya cukup mengasyikkan, mulai dari absen untuk ngopi, bakar kalori hamper stiap pagi walaupun malamnya tak lupa snack (agar seimbang, hehe), tak lupa buku holic, nge-blog, serta olahraga yang menjadi hobi yaitu berenang. Yang cukup mengherankan adalah tentang berenang. Dalam dua minggu ini saya sudah 3 kali, saya ulangi sekali lagi ya, sudah tiga kali saya mengunjungi pemandian air panas di daerah Krueng Raya yang jaraknya dari rumah saya sekitar 40 menit perjalanan dengan si kharisma dengan kecepatan rata-rata 60-80 km/jam.
Luar biasanya adalah karena jarak yang begitu jauh dari rumah saya dan karena pemandian air panas, jadi kami harus pergi pagi-pagi sekali. Karena kalau matahari sudah tersenyum merekah maka suasana agak sedikit hangat bahkan mulai panas, nah.. apa jadinya kalau cuaca panas dan kita mandi di air panas, jadilah daging rebus (hiperbola.com) intinya adalah ketika suasana masih sejuk paling pas mandi air hangat, nah situasi inilah yang kami incar.
Ba'da subuh yang dingin, kami mulai mengas 'kharisma' masing-masing, tak lupa dipersimpangan jalan berhenti sejenak untuk membeli nasi pagi, biar pas mandi ga kelaperan. Dengan jaket seadanya, helm dikepala, tancap lagi menuju Krueng Raya. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, sudah tiga kali kami berkunjung ke aset wisata daerah Aceh Besar itu. Kunjungan pertama cukup berkesan, karena tentu pertama mengunjunginya, jadi sperti turis2lah, lihat2 dulu ke daerah kawahnya, kemudian foto-foto dan baru ke kegiatan inti yaitu berenang. Kenapa kunjungan perdana cukup mengesankan karena pada saat itu kolam renangnya cukup bersih dan kehangatan airnya pas, kata pengelolanya, baru aja dibersihkan dan diganti airnya, jadi muantep.
Kunjungan kedua kami lakukan tepat selang satu hari dari kunjungan pertama, lebih pas saya sebut lusanya. Mantap kan.. ini baru namanya liburan. (maksa ya). Namanya kunjungan kedua tidak se-surprise kunjungan perdana, pun pada saat itu airnya terlalu panas (mungkin kompornya lupa dimatikan), jadi agak loncat-loncat mandinya, bak cacing yang ke.... hehe..