Monday, 26 December 2011

Buku Holic


Ternyata hanya 20% dari jumlah penduduk Indonesian yang gemar membaca dan secara berkala mengunjungi serta belanja di took buku. Angka yang fantastis menyedihkan bagi Negara dengan jumlah total penduduknya sekitar 240 juta jiwa ini. Padahal total penduduk produktifnya berjumlah 60%, nah apa jadinya kalau generasi muda jarang atau phobia membaca, seperti saya yang pada masa jahiliyah dahulu.
Yups, gaya baru telah merasuki kehidupan saya, yang mengubah seta menyita waktu-waktu produktif di bumi yang senda gurau ini. Memang kebiasaan membaca dan membeli buku telah mashur saya lakukan, walaupun frekuensinya tidak terlalu sering. Terkadang ketika mengunjungi pameran atau toko buku terkadang diri ini tak kuasa menahan tangan yang meraih dompet dan menyerahkan beberapa lembar isinya ke kasih, dan terjadilah transaksi itu. Transaksi yang mengubah mata uang menjadi investasi ilmu.
Setelah aktifitas kampus lumayan sepi, karena mulai pensiun dari aktivitas jalanan, maka banyak waktu luang tersisa. Dimulai dari mengunjungi teman, silaturrahmi, ngopi, hang out, online dan kegiatan lainnya mengisi hari-hari. Nah, saat itulah kebiasaan belanja, membaca buku membuncah kembali. Saat ini banyak buku yang sudah terbeli tapi belum sampai halaman terakhir terbaca, ada beberapa buku yang masih menyisakan tanda Tanya endingnya, bahkan ada yang covernya saja belum tersentuh.
Mulailah aktifitas membaca menjadi kegiatan di sela-sela berkeliaran di dunia yang fana ini, bak seorang yang haus akan ilmu, satu persatu mulai saya lahap isi buku. Terkadang nafsu ini membawa boomerang bagi kantong, pernah saya datang ke pameran buku untuk melihat-lihat, dan tak terasa uang di kantong berganti buku setebal kalkulus. Ya.. pada saat itu tersedia buku sejarah aceh yang sudah lama saya incar, dan Alhamdulillah ketemu. Sepertinya saya sekarang harus agak menjauh dari pameran atau took buku, takutnya semua tabungan terkuras.
Ada hal yang saya rasa unik mengenai proses membaca buku. Pernah suatu saat saya membeli buku yang berbau cinta, yaitu ‘kisah cinta para pejuang’ karangan Salim A Fillah yang sudah menjadi best seller. Setelah terpukau, dibingungkan, tercerahkan dan terceriakan dengan buku yang menjelaskan cerita cinta suci di jalan pejuang beserta contoh menakjubkan yang membuat pikiran saya tercerahkan, saya malah membeli buku cinta lainnya karangan Anis Matta yaitu ‘serial cinta’, uniknya adalah di tengah-tengah saya menyelami arti cinta yang luas dari kedua buku tersebut, saya menghadiri sebuah kajian yang rupanya sedang membahas bab munakahat atau pernikahan, wuiihh.. tersenyum-senyum saat kajian tersebut. tersenyum bukan karna baru pertama sekali menghadiri kajian tentang nikah, atau isi materi yang jenaka tapi saya terkejut kok kajiannya klop banget dengan apa yang sedang saya baca. Mungkin ini suatu petanda.. (biasa aja kaleee..). sepertinya saya tinggal membeli buku ‘kado perkawinan’ saja…

Monday, 19 December 2011

Keceriaan kunang-kunang

Setelah menjalani dua hari dan tiga malam kegiatan resmi bertemakan ‘summit’ yang diluar ekspektasi, keceriaan itu pun berlanjut, setelah acara yls di tutup sambil menunggu angkot yang membawa kami ke simpang dimana bus menuju jakarta (karena kami di bogor), mulailah kunang-kunang ini bertingkah. Mulai dari balas-balasan serta adu gombalisme, adu garing hingga saling ejek-mengejek yang mengundang tawa besar bak bom bali II. Dan tawa itu berlanjut ketika kami sudah berada di dalam angkot bahkan tawa tersebut makin parah ketika kami berada dalam bus. Perjalanan dari bogor ke Jakarta yang menghabiskan waktu sekitar 3 jam terasa sangat singkat, ulah parah aktifis berbagai pergerakan ini menyatu padu ketika berbicara tentang keceriaan. Mereka menawarkan games tipu daya (permainan kata dan gerak), nyanyian sumbang, cerita ga nyambung sampai tingkah laku janggal yang kesemuanya lagi-lagi membuat otot-otot pipi sakit dibuat, karena harus tertawa.
Di Jakarta kami menumpang di rumah bunda Tatty, seorang Pembina kunang-kunang seluruh Indonesia, ya.. ia seorang pendiri sekaligus penasehat Forum Indonesia Muda. Tak ayal, jika ada kunang-kunang dari seluruh Indonesia boleh datang dan menginap di rumah ini, dan kamipun tak hanya numpang istirahat, termasuk menumpang makan, bersih-bersih hingga menumpang ketawa. Malam tersebut, ketika otot sudah member sinyal utk di offkan, ketika pipi kesakitan, ketika mata sayu, namun bukan namanya aktifis kalau tidur cepat, bukan namanya kunang-kunang kalau ngumpul ga heboh. Ya.. malam semakin larut tapi kami tetap terjaga, bermain warewolf, sebuah permainan karakter serta kecerdasan dalam menebak isyarat kata serta tingkah laku, yang menghanyutkan kami hingga tengah malam “stay wake up, until drop”, begitulah kira-kira.
Kagum, itulah kata yang menjadi kesimpulan ketika berinteraksi dengan keluarga bunda Tatty. Mereka melaksanakan shalat tepat waktu serta berjamaah, dan setiap tamu muslim yang datang wajib mengimami minimal di salah satu shalat wajib. Walaupun kami tidur tengah malam, namun subuh berjamaah, dan setelahnya jarang ada yang tidur. Suami bunda Tatty yaitu Pak Elmier, ternyata ia ceo dari sebuah perusahaan, hal itu Nampak dari jam kantor pak elmir yang ia tentukan sendiri, kadang-kadang berangkat jam 9, 10 atau jam 11. Wuiihh.. jadi terhindar dari kemacetan. Keluarga inipun tak kalah romantis, terpampang foto-foto bahagia mereka di dinding ruang tamu, di ruang tersebut juga terdapat sebuah piano, dan pernah di suatu pagi bunda dan pak elmir memainkan piano bersama sambil menyanyikan sebuah lagu romantic.. ah alangkah syahdunya, bak pengantin baru, aseli…irrriiii…
Kebiasaan backpackers adalah malam begadang dan siang jalan-jalan, itulah yang kami lestarikan. Ketika semuanya sudah berkemas, melangkahlah kami untuk pamitan, tapi mbak jetc salah satu putri pemilik rumah tersebut bertanya kami khususnya dari Aceh, apakah bisa tari saman, “tolong ajari dong anak2 FIM, mereka ada FIM TA (traditional art), tapi pelatih samannya gada”, langsung ku iyakan dengan anggapan bahwa saman=likok pulo dan liriknya memang sudah terposting di blog ini, jadi tinggal buka lewat browser di hp. Rencana latihan narinya adalah malam kamis dan dilanjutkan kamis pagi,karena pada saat itu adalah hari senin, dan kami ingin mengunjungi beberapa kerabat sehingga baru bisa kembali rabu malam, pun tiket kami ke aceh sudah terboking kamis sore, jadi klop.

Young Leaders 'Summit'

Desember 02, 2011 di pagi yang menyejukkan badan, kulangkahkan kaki dengan tas di bahu berangkat menuju bandara, memecahkan kesunyian dan kedinginan pagi itu. Ketika sebagian orang menikmati istirahatnya yang akan mengembalikan energy untuk beraktifitas ketika matahari menyongsong, saat sang mu’azin subuh hendak mengumandangkan panggilan di pagi itu, ku meraba dengan pandangan mengira bahwa bandara sudah mendekat. Tak lama setelah ibadah shubuh ku tunaikan, panggilan untuk boarding pun terdengar dan kami pun meminjam sayap si burung besi untuk terbang menerawang langit dan memecahkan awan serta kabut untuk mendarat di bandara ibukota Negara, untuk bertemu para pemuda harapan bangsa, yang senyumnya di rindukan, fikirannya dapat mencerahkan serta tingkah lakunya menjadi teladan. Dengan harapan bahwa kisah perjalanan  kali ini akan menjadi tambahan wawasan, perbendaharaan teman serta banyak kegiatan-kegiatan kebajikan ditoreskan.
Sebenarnya niat mula untuk mendaftar kegiatan ini bukan untuk mendapatkan esensi inti dari diskusi ataupun aksi nyata yang ditawarkan dalam kegiatan, tapi lebih pada dapat berjumpa keluarga kunang-kunangku yang berasal dari berbagai daerah Indonesia. Ya.. memang kegiatan Forum Indonesia Muda begitu banyak menggoreskan kisah yang tak terlupa sehingga membuat kami bak satu keluarga dengan satu asa, untuk Indonesia kami berjuang, kesejahteraan dan kejayaan bangsa. Alih-alih dengan alasan tersebut, kami bersepakat untuk mendaftar dengan keseriusan tingkat tinggi, dengan harapan lulus dan dapat mengambil esensial dari kegiatan yang ditawarkan dan sekaligus reunian. Ternyata, panitia inti dari kegiatan ini merupakan kunang-kunang yang seangkatan dengan ku, wah.. jadi makin terasa aroma kelulusan.
Seperti angin segar yang berhembus mengabarkan kabar ceria bahwa nama ku terdaftar dalam susunan nama yang lulus mengikuti kegiatan, berikut dengan sahabatku dari medan, bandung, padang, bogor, Makassar, banjar dan wilayah pulau jawa lainnya. Dari aceh sendiri delegasi berjumlah 2 orang, aku dan teman ngopiku. Ya.. memang kami sama-sama mendaftar dengan tujuan utama jalan-jalan,(dasar mahasiswa) hehe..
Kabar kelulusan tersebut segera meledak di dunia maya, janji-janji reuni di beberapa tempat diseputaran Jakarta pun terucap, kami sendiri sepakat untuk membeli tiket pergi saja, sedangkan kepulangan akan disesuaikan dengan rencana jalan-jalan bersama, maklum, mahasiswa tingkat akhir, jadi leluasa untuk mengatur jadwal kuliah. Sebenarnya aku masih mengambil beberapa mata kuliah, jempol saya berikan kepada dosen pembimbing mata kuliah tersebut yang sangat paham dengan keinginan yang membuncah di dalam dada tentang perjalanan ke Jakarta kali ini, sehingga tanpa banyak berfikir langsung saya kirimkan email ke dosen pembimbing termasuk ke ketua jurusan perihal tentang izin agar meninggalkan beberapa pertemuan kuliah untuk berangkat mengikuti ‘young leaders summit’. Saya bersembunyi di balik nama ‘summit’ tersebut, karena persepsi kami dan para dosen mendengar kata tersebut merupakan kata yang mujarab dan luar biasa jika seorang mahasiswa bisa ikut sebagai peserta, walaupun kenyataannya sangat bertolak belakang(semoga dosen saya tidak membacanya, hehe), Dan izinpun ku dapat.
Akhirnya kami pun bertemu di villa aryanti, cisarua, bogor. Kegaduhan dan suara ketawa melengking mewarnai acara resmi yang diadakan. Walaupun tak bertemu lebih kurang sebulan, tapi perasaan seperti keluarga yang tidak pernah bertemu dua dekade (hiperbola.com). akhirnya keadaan kami sebagai keluarga kunang-kunang pun terasa ekslusif, ketika ngumpul bareng, makan bareng, main bareng, diskusi bareng, sampai buat ribut pun bareng. Memang sih terasa seperti mencemarkan nama baik alumni FIM, hehe..
Pada acara Young Leaders Summit ini pesertanya di bagi berdasarkan nama-nama pahlawan di Indonesia. Aku dan 3 alumni FIM 11 masuk dalam kelompok Sam Ratulangi bersama 15 pemuda luar biasa lainnya yang berasal dari berbagai latar belakang serta pergerakan, termasuk juga umur, ada yang sudah sarjana, nikah dan bekerja, walaupun ada juga yang baru SMA. Jadi sangat nyaman bergabung dengan barisan senior di belakang. Hehe

Sunday, 6 November 2011

Kunang-kunang di zamrud khatulistiwa

Sebelum saya menggoreskan lebih banyak kata-kata serta cerita tentang pelatihan Forum Indonesia Muda, terlebih dahulu saya ingin mempertegas bahwa baru kali ini saya mengikuti forum nasional yang menghimpun pemuda dari seluruh Indonesia dan dari berbagai latar belakang serta ideologi fikiran dan kami merasa seperti satu keluarga besar yang mempunyai arah dan tujuan yang sama, untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Biasanya jika mahasiswa bertemu di forum nasional pasti beradu argument, saling debat pendapat dan yang paling parah tuan rumah yang mengadakan acara tersebut menjadi pihak yang dirugikan karena ulah para peserta undangan kegiatan yang banyak permintaan. Tapi sangat berbeda dengan FIM, seperti yang kita baca pada testimoni para alumni, forum ini menawarkan hubungan kekerabatan dan persahabatan, dimana mahasiswa dari seluruh penjuru bisa mengenal, bertukar fikiran, bekerja sama serta saling berbagi. Dan karena pesertanya berasal dari berbagai daerah tentunya layaknya sebuah keluarga besar, jika satu anggota keluarga berkunjung ke berbagai kota di Indonesia ia dapat menginap di rumah keluarganya, misalnya anak aceh yang berkunjung ke bandung, ia dapat menginap di rumah teman alumni FIM lainya yang berada di kota tersebut, dan hal itu sudah saya lakukan.. (hehe ketahuan yak.. maklum masih mahasiswa).
            Baik, mari kita mulai dengan kenapa saya ikut mendaftar di kegiatan ini. Ketika suntuk menghadang, minim kompetisi dan perasaan puncak ingin naik pesawat lagi dan diperparah dengan kawan seangkatan yang mengikuti banyak lomba dan berangkat ke luar daerah, disaat itulah bergejolak perasaan untuk berjuang keras ikut kompetisi yang membawa diri ini ke ibukota. Dan tersebutlah nama saya diantara 130 peserta lainnya yang lolos untuk mengikuti pelatihan FIM.

Tuesday, 4 October 2011

Second THE Fair


 Untuk kedua kalinya salah satu Negara bermata sipit datang ke Aceh untuk mempromosikan pendidikan tinggi di Negara mereka. Ya.. Taiwan Higher Education Fair digelar lagi di Aceh, tepatnya di kawasan kampus ternama di Aceh. Untuk kedua kalinya mereka datang khusus dari Negara Formosa khusus ke Indonesia untuk mengundang putra-putri terbaik bangsa untuk melanjutkan studinya di Taiwan. Sama seperti tahun kemarin, para Taiwanese ini datang dengan membawa informasi lengkap tentang universitas, gaya hidup, entertainment serta informasi berguna lainnya yang tentu akan memperluas si calon penerima beasiswa ditambah dengan beberapa souvenir unik dari masing-masing universitas dan daerah untuk menarik pengunjung. Namun tahun ini ada sedikit perbedaan, ada plus dan minusnya. Plusnya adalah kali ini mereka tidak hanya menawarkan informasi tentang universitas dan beasiswa namun juga mereka langsung mengadakan test bagi calon penerima beasiswa. Yang minusnya adalah universitas yang hadir menyusut sekitar 10 universitas dari tahun kemarin, bisa jadi disebabkan oleh banyak faktor,  ya…kita Cuma bisa berfikir positif sob.
Terlepas dari maksud dibalik layar, terlepas dari “tidak ada makan siang gratis” dan maksud hati untuk berprasangka baik terhadap perbuatan baik yang dilakukan oleh orang lain saya mewakili pribadi (sedapp.. gaya pidatonya sby nih) mengancungkan dua jempol untuk pemerintah Taiwan yang sudi kiranya berangkat dari Negara nan jauh di sana menghabiskan 4 jam perjalanan ke negeri khatulistiwa khusus untuk mengundang putra-putri terbaik bangsa untuk melanjutkan dan merajut mimpinya di Negara yang menggunakan bahasa mandarin tersebut. Walaupun nantinya ada timbal balik dari pemerintah Indonesia atau khususnya aceh untuk membalas budi tersebut. ya.. seperti yang saya sebutkan di atas, namanya juga perbuatan baik, harus kita terima daripada susah-susah memikirkan efek negatifnya yang membuat makin kusut pikiran di kepala, jadi tambah tua, nambah banyak dosa, akhirnya masuk neraka, Astaghfirullah..!!
Pada tahun kedua ini saya diberi kesempatan untuk menjadi pendamping stan National Koahsiung First University of Science and Technology (NKFUST) mantap nama universitasnya kan, panjangnya seperti kereta api. Pertama kali mendengar bahwa saya ditugaskan di universitas ini saya langsung tersenyum, karena kota Koahsiung pernah saya kunjungi setahun yang lalu, tepatnya di bulan September tanggal 17-19 tahun 2011. Kunjungan selama dua hari tersebut dimaksudkan untuk menghadiri sekaligus memenuhi undangan sebagai salah satu pembicara di International Conference on Open Source (ICOS) di Koahsiung Medical University. Kalau sobat-sobat membuka fb saya di daftar album anda bisa melihat foto-foto saat saya menjadi pemateri di seminar internasional judul albumnya “invited Speaker” (promosi dikit boleh kan, hehe).

Thursday, 1 September 2011

Book, Pack and Gooo


Judul diatas merupakan slogan nya Airasia.com. karena memang sangat mudah dan gampang untuk terbang dengan Airasia. Dengan maskapai tersebutlah aku melakukan perjalanan sebagai Backpaker yang juga melengkapkan kunjungan Negara kelima. Ya.. Alhamdulillah kaki ini sudah menginjakkan di lima Negara berbeda, Indonesia, Jepang, Taiwan, Malaysia dan Singapura. Semua Negara tersebut aku kunjungi dalam berbagai kesempatan dan keperluan, kali ini aku akan berbagi tentang kunjungan ke Negara tetangga kita Malaysia dan Singapura, dengan tujuan menjadi Hikmah dan pengingat bagi pribadi yang lalai ini. Semoga Allah menjauhkan dari tujuan Riya’, Takabbur dan Sombong,…
Berawal dari duduk-duduk santai di salah satu kedai kopi di kawasan Banda Aceh, aku dan kawanku Ihsan iseng berencana berangkat ke Malaysia. Kami memutuskan untuk berangkat bulan agustus dengan pertimbangan kawan SMAku Muksin yang sedang menempuh studinya di UKM akan wisuda, sekalian ngerayain wisuda plus jalan-jalan, tempat tinggal kan bisalah tidur di tempat kosnya muksin. Akhirnya tiketpun di pesan jauh-jauh hari agar dapat promo.
Bulan agustus pun menyapa, ternyata ada pengunguman dari pihak universitas bahwa pesta wisuda di tunda ke bulan September, mengingat bulan agustus bertepatan dengan Ramadhan. Karena bulan agustus ini kegiatan akademikku sudah libur, akhirnya aku dan Ihsan berangkat ke Malaysia walaupun sebelumnya harus duduk beberapa kali di warung kopi untuk menyusun ulang planning.
Pramugari pun menyambut dengan ramah keberangkatan kami (memang tugasnya ya..? hehe), rupanya kami satu pesawat dengan mahasiswa pertukaran ke Korea, salah satunya adalah Mulkan. Aku mengenal mulkan pertama kali sewaktu di Taiwan, dia memang anak kesayangan dosen dan mahasiswa berprestasi di Teknik Elektro. Bibit unggul lah… Rupanya mahasiswa pertukaran ke Korea ini harus transit di Malaysia selama sehari, karena penerbangan mereka ke Korea malam keesokan harinya. Jadi di kabin pesawat itu duduklah aku, Ihsan dan Mulkan. Kami hitung-hitung berapa biaya yang mulkan dkk akan habiskan untuk menginap sehari di Malaysia. Di iringi dengan tawa dan canda yang menggelegar kami berdiskusi, seolah-olah tidak ada orang lain berada di samping.
Singkat cerita kami memilih untuk stay satu malam di rumah kak putri, kakak sepupunya Mulkan, karena berdasarkan hitung-hitungan Mulqan ia lebih hemat untuk singgah di rumah kak putri, selain di servis makanan dan tempat tinggal, bisa sekalian silaturrahmi. Untuk urusan hitung-hitung jempol dah untuk Mulkan, hamper mendekati pelit.. kwkwkw
Selama di Malaysia, Ihsan menjadi Tourguide kami, karena dia yang paling berpengalaman mengeksplore Malaysia dan sekitarnya, bayangkan aja tahun ini dia udah 7 kali pulang pergi Malaysia.. tajir banget kan…(padahal tiket promo smua tu). Setelah menginjakkan kaki di kosnya kak putri pada malam hari, setelah di jamu makan dan minum, kami cerita-cerita sampai pagi menjelang, karena memang banyak hal nyentrik yang terjadi yg tidak bisa ditulis disini, cukup menjadi konsumsi kami saja, hehe
Pagi harinya setelah pamit dari rumah kak putri kami keliling kota sebentar untuk tukar uang dan ke kampus UKM, kemudian Mulkan dkk menuju bandara dengan taksi dan kami berangkat menuju kota Kuala Lumpur. Hari itulah aku menaiki KL tower yang menjadi lambangnya Malaysia. Semacam menara mesjid raya lah. Aku berada di KL tower kurang lebih 2 jam, dengan pemandangan luarbiasa dari atas tower, aku juga di beri kesempatan mengunjungi ruang Mega View yang ga sembarangan orang bisa masuk, trus aku di kasih promo ngerayain wedding di atas tower. Memang ada paketnya, jadi siapa aja yang mau merayakan pesta pernikahannya bisa memesan tempat di sini. Ada yang Mau..?? trus di bawahnya ada zoo dengan berbagai macam hewan, ada burung, ular, serta serangga.
Selepas dari KL tower aku dan Ihsan hunting bukaan gratis. Yang menjadi destinasi kami adalah mesjid di dekat menara kembar petronas. Menu bukaannya luar biasa, ada nasi kotak plus bubur kanji.. untuk porsi backpacker udah lumayanlah malah diatas standar. Tapi, pas pulangnya aku di timpa musibah, sepatu nike yang kubeli di Taiwan di raib orang, Innalillah wa Inna Ilaihi Raji’un. Tak apalah, hilang satu beli yang baru, hehe.. tapi kawanku Ihsan tak henti-hentinya menyanyikan lagu ST12 dengan improvisasi lirik “Sudah kubilang, Hapus air mata.. spatu ku hilang di malaysia” hehe…
Hari berikutnya adalah hari jumat. Kami memutuskan untuk mengunjugi mesjid Shah Alam, katanya sih fotonya sering di abadikan dalam kalender-kalender. Luar biasa memang mesjidnya, aku pun sempat beli souvenir peci khas Malaysia dan kami juga bertemu Maimun, mahasiswa yang belajar khaligrafi di salah satu universitas di sana. Sepulang dari Shah Alam kami kembali menuju ke rumah kak putri memenuhi undangan buka karena ada yang ulang tahun, hehe Alhamdulillah dapat makan gratis lagi..
Belum lagi merebahkan badan, di malamnya kami berangkat ke Singapura menggunakan kereta api, kebayang ga, setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam PP ke Shah alam, trus jalan lagi ke rumah kak putri, malamnya berangkat lagi ke Singapura, Aseli dah.. pegal-pegal..nguap-nguap sepanjang jalan. Tapi dengan semangat membara dan disokong oleh Toke Muksin kami berangkat ke Singapura. Muksin lah yang membayar semua biaya perjalanan kami mulai dari naik kereta sampai turun balik, karena cuman dia yang pegang dollar singapura. Ntah berapa dana yg kami habiskan, Semoga Muksin sehat walafiat, dipermudah rizkinya dan ga minta balek duit perjalanan ke Singapura, hehe (karena sampe sekarang belum aku bayar dananya, semoga di hari raya bisa dimaafin dan lunas semua.. hehe)
Sesampai di Singapura cuman satu tempat persinggahan kami dan kami menetap seharian penuh di sana yaitu Marina Bay, Trademarknya Singapura. Itu tu.. tempat Singa yang muntah (Ma lion). Perjalanan kami ke Singapura hanya satu hari, berangkat malam sabtu baliknya malam minggu, jadi pesan tiket PP biar lebih murah, dan ga usah pesan penginapan di Singapura langsung tidur sambil duduk di atas kereta.. hemat banget kan perjalanannya.
Karena ga tau kemana lagi akhirnya kami duduk lesu di tengah keramaian pengunjung di Marina Bay dan aku bahkan sampai tertidur (dasar backpacker), memang ada pertunjukan music sih. Akhirnya kawanku Ihsan mengambil inisiatif untuk mengontak pak Burhan, kenalannya di Singapura melalui Fesbuk. Ngeri juga ni kawan, punya kenalan orang melayu, ga tanggung-tanggung pula tu kenalannya, punya mobil super sport, trus kami di ajak keliling2 dengan tu mobil dan tentunya di ajak berbuka gratis plus makan malam, tak sampai disitu aja, kami dibeliin burger untuk sahur di kereta api… wuiihhh.. ngeri kan..?? sukses jadi backpacker. Sesampainya di tempat kos muksin di Malaysia kami semua tertidur pulas sampai sore, hingga sorenya baru bergerak lagi nyari bukaan gratis di mesjid dekat rumah mukhsin. Tancap man…
Hari berikutnya senin dan selasa aku habiskan untuk jalan-jalan serta belanja sekitaran KL, sempat juga untuk beli souvenir di Pusanika UKM yang di temani kak putri, karena ihsan harus ke kedutaan untuk mengurus paspor. Sempat aku beli oleh-oleh gamis untuk ibuku tercinta, wuiihh.. warna dan bordirannya ok’s banget, cocok lah untuk ibuku walaupun harganya juga ga tanggung-tanggung, tapi untuk ibunda tercinta, hargapun tak terkira.
Malam terakhir aku stay di Malaysia muksin dan kawan-kawannya  ngajak kami untuk nonton bioskop di Putra Jaya, walaupun ga sempat taraweh dengan alasan musafir (hehe), muksin pun memesan tiket yang ga tanggung-tanggung film Harry Potter terbaru yang 3D. Wah..malam penutup yang sempurna.
Alhamdulillah kembali bisa menatap senyum pramugari Airasia yang berarti tandanya pulang ke rumah, dengan membawa paspor yang terstempel 5 negara. Insya Allah akan bertambah stempel nya dengan pengalaman dan cerita yang berbeda, diiringi dengan kaki pegal-pegal, mata ngantuk dan berat badan yang turun sekitar 10 kilo, hehe
Alhamdulillah..

Friday, 11 February 2011

Mencari Semangat yang redup


Desa Burlah, kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, 01 Februari 2011. Sekitar jam 16.15 rombongan Bakti Sosial Gerakan Mahasiswa Peduli Rakyat (Gempur) Aceh Pemerintah Mahasiswa (PEMA) Universitas Syiah Kuala yang berjumlah 45 orang tiba dengan sehat wal afiat. Rombongan kami yang diangkut dengan 5 mobil minibus disambut dengan senyuman dan keramahan warga desa Burlah. Masyarakat menyambut kami seakan-akan seperti menyambut saudara yang sudah lama tak berjumpa, terutama yang ibu-ibu seakan menyatu dan langsung akrab dengan masyarakat.

Aku salah satu relawan Gempur dan juga diamanahkan untuk mengkomandoi kawan-kawan relawan lainnya mencoba untuk menyapa dan membaur dengan masyarakat yang akan menjadi perhatian, sasaran bahkan teman untuk 10 hari kedepan. Walaupun dalam perjalanan keberangkatan dari kampus menuju desa sasaran dilalui dengan banyak rintangan dan permasalahan. Mulai dari pengaturan logistic dan transportasi relawan sebelum keberangkatan sampai dengan ulah sopir yang mengesalkan.

Saat kuinjakkan langkah pertama di desa Burlah, masih kusimpan energy dan semangat untuk mengabdi, setelah menurunkan smua barang dan logistic ke rumah kost kami (sebutan untuk rumah relawan), karena rumah kost laki-laki terpisah dengan perempuan maka aku bersama 4 mobil minibus lainnya ditemani warga beranjak ke atas bukit untuk mengantarkan relawan perempuan ke rumah kostnya di salah satu rumah warga. Setelah smuanya selesai aku pun kembali ke rumah kost yang menjadi istana selama 10 hari kedepan.

Langit mendung yang memberi sinyal akan turunnya hujan lebat menemani sore itu, ku lihat rumah kostku yang gelap tanpa sinaran lampu karena pada saat itu listrik sedang padam, dapur yang luas berlantaikan tanah, 2 kamar tidur dan 1 ruang tamu serta bak mandi besar di samping rumah itulah rumah kost kami yang dihuni oleh 25 orang relawan. Pada saat itulah aku kehilangan ide serta pikiran terasa buntu. Barang logistic yang berserakan ditambah dengan tidak adanya sinyal di handphone ku serta hari yang semakin gelap menambah kebuntuan. Ku dengar desus suara kawanku berbicara tentang banyak pertanyaan yang ditujukan kepadaku, tak satupun dapat ku jawab.

Sambil menarik nafas panjang, aku duduk di dapur sambil merenung untuk mencari semangat yang redup. Memang 3 bulan yang lalu ku lalui hari-hari di zaman serba berteknologi tinggi, di Negara bermata sipit semuanya serba mudah dan lengkap. Sarana transportasi yang cepat, tempat tinggal yang nyaman, teknologi modern serta masyarakat berpendidikan. Tapi hari ini, smuanya terasa berada di alam yang berbeda. Smua keadaan terbalik, seakan-akan aku berada di sisi mata uang yang berbeda. Proses inilah yang sangat mengesankan. Teringat bahwa Allah tidak akan memberi tantangan yang tidak sanggup aku lalui, teringat pula amanah ini diberikan kepadaku karena mereka yakin bahwa aku mampu melewatinya dan kubakar semangat ini dengan kata-kata “kalau pemimpinnya saja sudah lemah, tidak semangat, cengeng apalagi pengikutnya”, ku kumpulkan smua energy yang sudah jauh-jauh hari sebelum baksos sudah kusiapkan, ku ingat kembali smua kata-kata motivasi yang pernah keluar dari bibirku maupun dari bibir teman-teman terbaikku, inilah waktunya mengabdi dan memanfaatkan potensi diri. Langsung kugerakkan langkah memecahkan satu persatu permasalahan serta menuruti saran-saran yang ditawarkan oleh kawan-kawan relawan.

Matahari pun bersembunyi di balik gunung dan gelap malam pun menyapa. Hujan menemani shalat magrib yang dilanjutkan dengan jama’ isya. Setelah itu ku langkahkan kaki menembus gelapnya malam bermodalkan lampu handphone menaiki bukit yang terjalnya hampir 45 derajat plus membawa beberapa barang menuju tempat kost perempuan untuk mendiskusikan beberapa hal menyangkut keadaan serta konsumsi pada malam itu. Kami sepakat untuk makan bersama di mesjid yang berada di bukit pada jam 8 malam. Setelah kembali ke kost aku menaiki bukit untuk kedua kalinya bersama smua relawan laki-laki menuju mesjid untuk makan malam sambil membawa nasi dan air. Karena hujan semakin lebat, akhirnya smua relawan perempuan makan di rumah kost sedangkan kami makan di mesjid. Makan malam pertama kami, ditemani dengan lampu senter, baju yang basah, serta nasi dan ikan seadanya. Setelah smuanya selesai kami pun kembali ke rumah kost yang berada di bawah. Sesampainya di tempat kost, aku harus kembali lagi ke mesjid untuk mengepel lantai mesjid yang kotor dan jorok karena kami masuk dengan keadaan basah kuyup. Langsung kupinjam sepeda motor kepala desa dan membawa kain pel bersama seorang teman. Setelah smuanya selesai langsung kurebahkan badan ini di ruang tamu rumah kost, rumah yang kupikir tidak akan muat untuk menampung 25 badan untuk tidur rupanya pas-pasan dan kawan-kawan tertidur pulas.

Tak terasa smua tantangan kulalui bersama kawan-kawan yang luar biasa, mungkin jika kisah ini diulang kembali tak ada jaminan bahwa diri ini sanggup untuk melewatinya kembali, menaiki dua kali bukit yang terjal bersama barang bawaan serta ditemani hujan. Memang Allah tidak akan memberi tantangan yang tak sanggup kita lewati. Hari pertama penuh kisah di desa Burlah kututup dengan doa syukur dan berharap agar Allah membangunkan jasad ini pada keesokan harinya di waktu subuh.